Kehidupan Beragama

Kehidupan bermasyarakat sering sekali timbul perselisihan paham, sengketa, pertengkaran, permusuhan dan perkelahian sampai menuju perang antara suku yang dapat memicu perang antara bangsa.

Untuk itu diperlukan suatu ajran-ajaran yang dapat menjadi patokan atau pegangan oleh masyarakat dalam berperilaku yang mengutamakan belas kasih dan toleransi yang besar terhadap sesamanya. Hal ini adalah maksud dari ajaran agama yakni menjadi jalan untuk mencapai kerukunan dalam bermasyarakat.

 

Tujuan Agama :

  1. supaya manusia hidup dalam keadaan rukun, damai dan tenang.
  2. Supaya manusia berperilaku yang mengutamakan belas kasih
  3. Supaya penganut-penganutnya selamat dunia dan akhirat
  4. Dan lain-lain

 

Dengan demikian tujuan agama dapat dikatakan ialah membawa manusia ke tingkat hidup yang positip, dalam arti tenang, tidak tegang, damai ke dalam diri, dan damai ke luar antara sesama manusia.

Untuk mencapai tujuan yang mulia dari agama tersebut, sebenarnya hanya dapat terlaksana apabila dilakukan dalam tingkah laku yang nyata, bukan sekedar membaca isi-isi kitab ajaran saja.

 

Kenyataan kehidupan beragama di masyarakat:

Kehidupan beragama mempunyai banyak sudut-sudut positipnya. Akan tetapi akibat-akibat negatip yang bertitik tolak pada soal agama banyak juga terjadi dan menuntut pengorbanan disana sini di dunia.

Misalnya:

  1. Kata-kata selamat dunia dan akhirat sering kita dengar sambil membayangkan gambaran mengenai dunia, namun untuk kata akhirat tidak ada suatu illustrasi yang standard yang jelas bagi semua orang, maka agak kabur maknanya hingga sekarang.
  2. Manusia tidak henti-hentinya saling berperang. Pertikaian antara pribadi, antara marga, antara suku dan bangsa berkobar terus menerus; seperti yang kita saksikan masih berlangsung di berbagai tempat, negara, benua.
  3. Perbedaan agama dijadikan cambuk perjuangan untuk memperoleh dukungan dari sesama penganut agama yang sama di negara-negara lain. Perjuangan ini bisa hanya untuk memperoleh hak penguasaan terhadap suatu suku, atau bangsa atau mendirikan negara baru.
  4. Perpecahan pandangan antara manusia penganut-penganut agama sesama aliran agama mengenai pengertian keyakinan agama itu sendiri. Dengan sendirinya timbul sekte-sekte baru dalam satu agama; yang akhirnya bisa saja begitu berubahnya dasar pengertian dari yang semula, maka lahirlah agama yang baru.
  5. Perkembangan ilmu pengetahuan yang ditunjang oleh kemajuan teknologi yang pesat mengakibatkan semakin banyak orang yang meninggalkan agama.
  6. Gambaran atau illustrasi mengenai Tuhan Yaang Maha Esa bagi masing-masing individu penganut dalam satu agama berbeda. Juga gambaran Tuhan YME itu berbeda antara satu agama dengan agama yang lain.
  7. Pada umumnya setiap penganut agama mempunyai keyakinan bahwa agamanya yang benar dan yang lain salah atau kurang tepat
  8. Syarat-syarat atau upacara-upacara atau ritual-ritual agama pada umumnya tidak dimengerti secara jelas atau tidak ada standard pasti dengan pengertian yang sebenarnya
  9. Jika ada orang atau penganut yang menuntut penjelasan rasionil, jawabnya sering tidak masuk akal dan atau berbelit-belit tanpa arah hingga kepada mencetuskan atau menghakimi sesama sebagai murtad, tidak berTuhan, sesat, dsb.
  10. Sampai sekarang agama diajarkan oleh penyebar dan diterima oleh penganut tanpa adanya pengupasan yang memberi suatu pengertian mengenai maksud dan tujuan dari ajaran agama secara ilmiah dan masuk akal.

 

Beberapa hal yang dikemukakan diatas itu adalah kenyataan daripada pengamatan kita selama ini terhadap apa yang terjadi di masyarakat. Semakin hari semakin banyak sekte –sekte dari satu aliran agama yang berdiri sendiri. Masing-masing mencap bahwa sekte atau bahkan aliran dia yang terbaik dan benar. Bahkan ada yang mengkalim bahwa agamanyalah yang paling dekat dengan Tuhan itu sendiri; yang lain itu sesat.

 

Sebenarnya jika agama disebarkan secara ilmiah, tidak mungkin bisa timbul lebih dari satu pengertian dan tidak mungkin timbul perpecahan yang ada kalanya melahirkan sekte-sekte baru dalam satu agama. Maka tidak heran kita semakin banyak mendengar pertanyaan-pertanyaan atau kadang-kadang sudah berupa pernyataan yang bernada pesimistis terhadap agama tertentu atau terhadap semua agama yang ada.

 

Pertanyaan-pertanyaan yang banyak berkembang pada masyarakat luas antara lain:

  1. apakah agama tidak harus dimengerti secara masuk akal dan rasionil?
  2. apakah agama harus diyakini saja tanpa banyak tanya, tanpa dimengerti dan dipahami?
  3. apakah agama sebaiknya cukup diterima secara dogmatis saja?
  4. apa yang dimaksud oleh penganut agama-agama tertentu dengan pernyataan bahwa nabi mereka adalah nabi yang terakhir?
  5. apakah masih ada harapan bahwa agama betul akan mencapai sasarannya?
  6. dimana letak kesalahan yang mengakibatkan :
    1. perpecahan agama
    2. perang antara dua golongan penganut agama
    3. timbulnya teori-teori baru yang melahirkan sekte-sekte dan agama baru
    4. apakah sistem penyebaran agama tidak cocok lagi dengan perkembangan pengetahuan atau kemajuan teknologi atau kesadaran manusia?
  7. bisakah disusun sutau teori yang memberi pengertian rasionil mengenai ajaran agama?
  8. apakah ada harapan timbulnya suatu teori yang menjadi pemersatu semua agama dalam pengertiannya, bukan syariatnya?
  9. apakah tidak berlebihan jika kita berpegangan pada harapan ini dan tidak terlalu berani bagi yang menyusun teori demikian?
  10. dan lain-lain

 

Pandangan dan sikap orang terhadap agama :

Maka lahirlah diseluruh dunia pandangan atau sikap massa terhadap agama beraneka ragam dan berbeda-beda, antara lain :

 

  1. bebas memilih agama, sebab agama dianggap urusan pribadi masing-masing. Tidak ada persoalan yang disebabkan oleh perbedaan agama atau sekte.
  2. bebas memilih agama tetapi pengaturan secara menyeluruh untuk menjamin  kebebasan beragama diatur oleh pemerintah sebagai pelindung.
  3. bebas memilih agama dijamin oleh pemerintah yang sekalian mengusahakan pendekatan antara umat beragama atas dasar saling menghargai dan saling membantu dalam suasana hidup damai berdampingan.
  4. bebas meilih agama diantara agama-agama yang disetujui suatu pemerintah
  5. 5.      bebas memilih agama dengan resiko dapat diancam oleh massa setempat jika memilih agama tertentu
  6. tidak bebas memilih agama lain dari agama yang dianut orang tua sebab kebudayaan setempat mengharuskan demikian
  7. tidak bebas memilih agama sebab pengaruh peraturan atau ketentuan pemerintah
  8. tidak diperbolehkan menganut agama sebab ketentuan agama.

 

Dari pengamatan dan pengalaman yang diperoleh selama ini, pada umumnya terdapat kecenderungan penganut-penganut agama itu bersikap terhadap agama yang diyakininya masing-masing.

Sekilas dapat kita pisahkan sikap orang terhadap agama ke dalam 4 kategori, yaitu :

  1. yang tekun
  2. yang ikut-ikutan saja
  3. yang tidak paham akan bobot agama
  4. yang tidak yakin akan bobot agama

 

Ad1. Mereka yang tekun beragama dapat kita bagi atas beberapa kelompok atau tingkatan lebih lanjut, yaitu :

  1. mempunyai keyakinan bahwa agama adalah mutlak dan harus dilakukan syariat-syariatnya tanpa henti-hentinya. Bagi mereka syariat-syariat atau rituil adalah ukuran-ukuran yang dapat membuktikan seorang penganut itu taat dan tekun terhadap agamanya atau tidak. Ini adalah satu-satunya jalan yang menunjukkan ketaatan dan tunduk pada Tuhan Y.M.E dan menjamin kedekatan dengan dan dilindungi oleh Yang Maha Kuasa.
  2. Mengarah kependirian fanatik, yakni bahwa agama yang benar adalah yang dianutnya. Agama lain adalah ajaran yang keliru dan bukan berasal dari Tuhan.

 

Ad2. Sedangkan bagi mereka yang ikut-ikutan beragama juga dapat kita pilah dalam beberapa tingkatan, yaitu :

  1. tetap menganggap agama sebagai suatu jaminan untuk keselamatan dunia dan akhirat. Adakalanya menuju kepada sifat-sifat atau langkah mencari persamaan antara agama yang dianutnya dengan agama yang lain.
  2. Mempunyai keyakinan bahwa semua agama adalah benar dan baik. Adakalanya sampai pindah ke agama lain, yang dianggapnya lebih meyakinkan kepercayaannya terhadap kekuasaan Tuhan.

 

Ad3. Mereka yang tidak paham agama. Sebagian dari mereka berpegang pada upacara-upacara yang lebih banyak mengandung kepercayaan-kepercayaan pada roh-roh atau mahluk-mahluk halus yang menentukan nasib manusia.

 

Ad4. Tetapi bagi yang tidak yakin akan bobot agama, mereka pun mempunyai beberapa sikap, yakni :

  1. acuh tak acuh terhadap semua agama tetapi tidak menentang
  2. memandang ajaran agama sebagai tidak wajar, menganggap penganut agama adalah orang yang keliru, tidak percaya pada diri sendiri dan kecanduan tanpa arah yang konkret.
  3. Menilai agama sebagai sesuatu yang tidak berarti. Tidak ada gunanya beragama.

 

Keuntungan dan manfaat jika hidup atas dasar-dasar agama:

Hasil-hasil yang dapat dijangkau dan dinikmati oleh penganut taat agama yang menjalankan dasar-dasar agama dengan benar dalam praktek-prakteknya dapat kita gabungkan menjadi beberapa tingkatan, antara lain:

 

  1. 1.      Hidup tenang.
    1. tidak tegang, tidak emosionil, tenteram
    2. terjamin rezeki minimal untuk mempertahankan eksistensi
    3. sanggup menyesuaikan diri dengan kemampuan dan kesanggupan serta lingkungan
    4. tidak merasa kuatir dalam situasi apapun
  2. Kesehatan terjamin
    1. tidak mengalami gangguan kesehatan yang tak wajar
    2. ada saja jalan keluar dalam hal memelihara kesehatan
    3. penuaan sel-sel tubuh perlahan-lahan dan merata menyeluruh sesuai perkembangan umur
    4. fisik dan psikis seimbang jalannya
    5. umur relatif panjang 
  3. Kerukunan
    1. sambutan dari lingkungan menyenangkan
    2. komunikasi dengan sesama manusia baik
    3. getaran nilai diri yang tidak disadari mengundang simpati
    4. mengundang keihlasan dan keseganan dari orang-orang dimana kita berada
  4. Keselamatan
    1. naluri dan firasat tinggi
    2. banyak terhindar dari hal-hal yang tidak didinginkan
  5. Kekuatan ghaib
    1. timbul berbagai kemampuan ghaib sesuai bakat lahir
    2. kharisma meningkat
  6. Penunjuk jalan bagi orang banyak.
    1. menjadi tempat orang bertanya
    2. dapat memberi nasehat pada orang-orang lain dalam berbagai hal termasuk memberikan petunjuk-petunjuk diluar rasio

 

Jalan yang dapat ditempuh untuk menggapai kebahagian daripada menganut suatu agama, antara lain:

 

  1. mengerti ajaran-ajaran agama itu, memahami serta dapat menafsir atau mengupas arti sesungguhnya dari isi ajaran dan mengetahui pelaksanaannya kemudian diwujudkan dalam praktek sehari-hari.
  2. Mempelajari dan berinteraksi secara langsung di suatu kehidupan bermasyarakat tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik sebagai pengalaman sehari-hari. Yaitu kesimpulan-kesimpulan dari masa-masa lampau hingga sekarang yang dianggap benar dan baik oleh masyarakat. Banyak contoh-contoh dan teori-teori yang dapat diambil dari sejarah, tulisan-tulisan yang ada atau dongeng-dongeng yang cukup berbobot.
  3. Untuk mudah menelaah ajaran-ajaran apapun harus tinggi kemampuan memahami sebab-akibat dalam segala hal. Karena sebab-akibat adalah proses alam yang mutlak dan berlaku menyeluruh di alam semesta sebagai Hukum Alam atau hukum Illahi.

 Jika seseorang menganut suatu agama dengan prinsip pendekatan hal diatas, diharapkan dapat diperoleh hasil-hasil yang membawa ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya.